Paksiband merilis album perdana dengan genre keroncong bertajuk Panen Raya. Peluncuran album perdana ini digelar di Prambanan Jazz Cafe, 13 Juni 2023.
Peluncuran kali ini sekaligus menjadi moment perdana Paksiband membawakan 10 lagu dalam album Panen Raya secara live.
“Sembilan dari 10 lagu yang ada di album ini liriknya memakai bahasa Jawa. Jenis musik keroncong yang kami mainkan pun kata orang adalah jenis keroncong modern.” kata Paksi Raras Alit, sang Vokalis dan pendiri band.
Album ini diberi nama Panen Raya sesuai dengan single hits pertama berjudul Panen Raya yang sudah dirilis video klipnya beberapa waktu lalu.
“Harapanya dengan judul Panen Raya ini Paksiband juga ‘panen’ akan perjuangan kami selama ini dalam memainkan musik tradisi keroncong. Ditengah arus musik Barat dan modern ini, selama ini kami kan setia dalam menanam dan menyemai keroncong dalam bentuk baru. Semoga album ini merupakan buah dari proses tersebut. ” lanjut Paksi.
Dalam pemaparannya lebih lanjut, Paksiband menjelaskan bahwa album ini memberikan dua tawaran baru. Pertama, mengenai musik keroncong itu sendiri, selama ini musik keroncong identik dengan sesuatu yang kuna, tradisional, tua dan bikin ngantuk. Tapi dalam album ini Paksiband mencoba mengeskplorasi musik keroncong dalam kemasan modern, dengan perpaduan instrumen tradisi dan modern.
Tawaran kedua yang disajikan oleh Paksiband dalam lagu ini adalah tentang lirik berbahasa Jawa. Bahasa Jawa yang digunakan dalam album ini adalah bahasa jawa yang lugas, ngoko dengan tema tema akan isu sosial di masyarakat. Seperti lirik lagu Panen Raya misalnya, yang mengisahkan tentang isu agraria di negara ini, dimana salah satu liriknya ‘sawahe jembar jembar, parine lemu lemu, petanine tuwo tuwo’ adalah satir atau sindiran dari Paksiband akan permasalahan regenerasi petani di Indonesia.
“Anak muda hari ini tidak ada yang mau jadi petani. Mereka milih bekerja di kota. Kalau tidak ada petani muda, besok-besok siapa dong yang akan garap sawah,” begitu kata Paksi.
Tema lirik dalam album ini juga tidak ada yang mengangkat kisah asmara patah hati. Meskipun hari ini penggunaan lirik bahasa Jawa sedang jadi trend dalam skena musik dengan tema patah hati, namun Paksiband memilih untuk menawarkan tema lirik Jawa yang lain.
“Sastra Jawa itu kan jarang yang isinya kritik atau tema yang membicarakan perlawanan dan ketertindasan, saya sebagai penulis lirik menawarkan hal tersebut dalam khazanah kesusastraan Jawa. Selama ini sastra Jawa seolah terbebani dengan kata-kata indah berisi piwulang, pitutur, ajaran, nasihat, atau kalau tidak ya isinya lagu cinta patah hati seperti yang sedang hits belakangan ini. Tema lirik album Panen Raya ini menawarkan bentuk lain, yaitu kisah-kisah yang peka akan isu sosial,” terang Paksi yang juga merupakan akademisi Sastra Jawa jebolan UGM ini.
Paksiband berharap album perdana ini bisa menjadi tawaran produk seni baru bagi peradaban, sebagai alternatif musik keroncong dan musik berbahasa Jawa. Hal itu diamini oleh band yang beranggotakan Paksi (vokal/cak), Dibya (bass), Nikko (Drum), Wawan (cuk), Puput (biola), Abed (keyboard).
Album PANEN RAYA ini dirilis dalam bentuk digital dan sudah bisa dinikmati di semua platform pemutar musik seperti YouTube, Spotify, Apple Musik, Tiktok, dan lain sebagainya.