ARTJOG yang merupakan festival tahunan seni rupa terbesar di Indonesia akan kembali hadir di Jogja National Museum (JNM), Yogyakarta pada 8 Juli hingga 31 Agustus 2021.

Setelah tahun lalu menghelat ARTJOG Resilience yang merespon situasi pandemi, ARTJOG kali ini berupaya kembali ke skema kuratorial yang telah mereka canangkan sejak 2018. Meneruskan edisi kedua dari trilogi pameran arts in common, festival edisi tahun ini dibingkai dengan tajuk Time (to) Wonder.

Mengangkat ihwal ‘waktu’ sebagai konsep kunci, pameran ini akan menampilkan karya-karya mutakhir 41 seniman (perorangan maupun kelompok) yang semuanya tinggal dan bekerja di Indonesia.

“ARTJOG ingin tetap konsisten memberikan kontribusi dengan menyediakan ruang presentasi untuk eksplorasi artistik para seniman kontemporer. Seri pameran Arts in Common ini telah kami persiapkan sejak lama. Dan para seniman yang terlibat dalam Time (to) Wonder tahun ini adalah mereka yang sudah kami undang sejak Desember 2019. ” kata Direktur ARTJOG Heri Pemad.

Heri Pemad mengakui bahwa situasi hari-hari ini sangat tidak menguntungkan untuk perhelatan seperti ARTJOG. Namun perubahan-perubahan kebijakan publik selama masa pandemi, justru menantangnya untuk merencanakan segala sesuatunya dengan lebih rinci. “Kita berhadapan dengan periode yang tidak menentu, yang membuat kami harus semakin terbiasa dengan antisipasi dan improvisasi,” lanjutnya.

Dalam pengantarnya, tim kuratorial pameran menjelaskan mengapa ihwal ‘waktu’ penting untuk diangkat oleh ARTJOG edisi tahun ini. Waktu adalah pokok-soal yang abadi sepanjang peradaban.

ARTJOG Time (to) Wonder mengundang seorang seniman terpilih untuk menggarap karya komisi (commissioned work) yang memang menjadi ciri khas perhelatan ini. Yang diundang kali ini adalah Jompet Kuswidananto, seorang seniman asal Yogyakarta yang telah berpameran dalam forum-forum internasional bergengsi sejak awal 2000-an. Instalasinya, Love is a Many Splendored Thing (2021) berwujud gubahan ruang yang mengingatkan kita pada cakrawala di sebuah pantai.

Jompet menyerakkan puing-puing kaca untuk menghadirkan ilusi hamparan lautan yang berkilau. Nuansa ketakterhinggaan menyiratkan pesan betapa waktu adalah sesuatu yang sarat dengan ketidakpastian.

Selain program pameran, ARTJOG juga akan menghadirkan program edukasi seperti Young Artist Award (yang sempat absen di tahun lalu), Exhibition Tour dan Meet the Artist. Lebih lanjut, program Expanded ARTJOG masih dihadirkan sebagai siasat dalam pengelolaan festival seni, merekam realita yang terjadi di baliknya. Program pertunjukan kemudian dijadwalkan setiap akhir pekan untuk mempresentasikan beragam karya musik, teater, tari kontemporer dan performance art.

Program lainnya, ARTCARE yang awalnya sebagai salah satu wujud kontribusi seniman dan pegiat seni bagi kemanusiaan, kini meningkatkan kualitasnya agar bisa memberi dampak yang lebih luas pada ekosistem seni. Di luar program-program tersebut, ART JOG dengan dukungan Dinas Kebudayaan DIY juga masih bekerja sama dalam Jogja Art Weeks, berupa agenda publikasi bersama dan bantuan fasilitasi pameran kelompok bagi seniman muda Indonesia.

Tahun pertama pandemi Covid 19, telah mengajarkan praktik pengelolaan festival seni rupa yang adaptif terhadap perkembangan teknologi, dan preventif terhadap risiko keselamatan dan kesehatan. Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat (PPKM darurat) oleh Pemerintah mengharuskan ARTJOG berjalan dengan format daring terlebih dahulu.

Harapannya saat kondisi sudah memungkinkan, program ARTJOG dapat dilaksanakan dengan cara presentasi gabungan antara luring dan daring, tentunya dengan pembatasan jumlah pengunjung dan dilakukan dengan prosedur kesehatan yang baik dan sesuai dengan arahan pemerintah.