Gajah Gallery dengan bangga mempersembahkan pameran tunggal dari seniman Fika Ria Santika. Pameran ini merupakan kulminasi atas evolusi perjalanan visual Fika Ria Santika dari tahun 2017, tahun yang menandai awal kerjasamanya dengan Gajah Gallery, hingga hari ini.

Meluncurkan seri karya baru dan juga sebuah instalasi berukuran besar, pameran bertajuk Axis: Poros akan turut meramaikan ranah seni Yogyakarta di bulan Oktober; bertepatan dengan masa Biennale Jogja dan Festival Kebudayaan Yogyakarta. Pameran tunggal Fika yang kedua ini akan disertai oleh tulisan dari kurator Ignatia Nilu.

Tajuk Axis: Poros mungkin tampak berjarak dari karakteristik seni Fika Ria Santika yang berpindah berbagai medium atau bahkan menjalankan berbagai seri berbeda di waktu yang  bersamaan. Namun sebaliknya, kemampuan Fika untuk bereksplorasi secara dinamis dan paralel justru menunjukkan kuatnya poros internal yang ia miliki. Mulai dari karya  kostum, instalasi dengan sensor lampu, panel akrilik dan cetak digital, chandelier, ataupun  patung menyala dari resin, semuanya berakar pada relasi antara manusia sebagai penyimak dan alam  di sekelilingnya. Unsur eksploratif pada karya Fika sudah seperti identitas baginya, pada kesempatan kali ini, ia menghadirkan dua jenis seri karya baru dengan bentuk dan medium berbeda.

Secara general, Fika menggubah objek alam dalam repertoar visual dan ingatannya lalu mengalih mediakannya kedalam wujud karya. Rekaman objek ini tidak dihadirkan secara literal, melainkan dengan halus dan implisit.

Fika meretas bentuk asli yang ada di lingkungan lalu mentransformasikannya kedalam format  baru, tanpa meninggalkan kesan dan rasa yang terkandung dalam objek alam tersebut. Bentuk-bentuk organik digabungkan dengan lampu led neon yang mengesankan artifisialitas, Fika dengan piawai mengkontraskan elemen berlawanan yang seakan tidak bisa menyatu. Karya yang Fika hasilkan merupakan refleksi keintiman personal dengan objek alam yang ia temui.

Lahir dan besar di dataran tinggi Minangkabau, Sumatera Barat, dalam masyarakat yang  mengadopsi alam ke dalam kehidupan sehari-hari, ia mencari inspirasi dari tema-tema seperti irregularitas perubahan, siklus kehidupan, dan pertumbuhan yang tak terelakkan. Secara khusus, ungkapan ‘Alam Takambang Jadi  Guru’ yang berart ‘Alam adalah guru terbaik’, memang familiar di telinga sebagian besar masyarakat Minang, namun Fika ingin menelusuri relevansi dan penerapannya dalam  masyarakat kontemporer.

Berangkat  dari pemikiran tersebut, ia memastikan untuk merangkul esensi Minangkabau saat ia melakukan perjalanan ke luar daerah lokalnya; selalu menghayatinya saat dia dihadapkan dengan cara hidup yang berbeda.

Pameran akan mengikutsertakan lebih-kurang 15 karya seni, gabungan dari seri baru dan lama. Seniman juga akan mengikut-sertakan sebuah instalasi patung eksperimental dengan medium balon holografik, menunjukkan direksi visual baru yang belum pernah ia lakukan  sebelumnya. Semua ini dapat dibaca sebagai komitmen Fika yang tiada henti untuk memberikan kemungkinan-kemungkinan baru dalam hal mewujudkan karya seni yang bernilai eksploratif dan eksperimentatif.

Kini Fika telah berhasil dengan mantap mengokohkan eksistensinya dalam peta seni rupa Indonesia dan bahkan Asia. Maka, pameran ini adalah bentuk perayaan perjalanan seni rupa Fika Ria Santika dan sebuah ungkapan sukacita dari Gajah Gallery yang telah mendapat kesempatan untuk ikut andil dalam proses artistiknya.

Fika Ria Santika (L. 1987, Padang). Setelah menyelesaikan pendidikan strata satu di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Padang, pada tahun 2012 Fika menyelesaikan studi Pasca Sarjana Penciptaan Seni Murni di Institut Seni Indonesia. Ia pernah menjadi pemenang Lomba Desain Mural di Galeri Nasional Indonesia pada tahun 2014, dan menjalani   residensi di Selasar Sunaryo Artspace, Bandung pada tahun 2015. Ia telah berpameran di ruang seni di seluruh wilayah, mulai dari  Singapura, Indonesia hingga  Malaysia.  

Pada tahun 2019, ia dimasukkan dalam buku penting Indonesian Women  Artists: Into the Future, yang ditulis oleh penulis senior seni rupa kontemporer, Carla Bianpoen.