Semar di Persimpangan Zaman: “Bali Jawi: Samara Jawa” Suguhkan Puncak Trilogi Spiritualitas Jawa
Pementasan Anter Asmorotedjo Mengajak Penonton Menyimak Kembali Jejak Semar sebagai Penjaga Keselarasan Semesta

Yogyakarta, 17 Mei 2025 — Sosok Semar kembali hadir, bukan sekadar tokoh pewayangan, melainkan sebagai energi spiritual yang melintasi ruang dan waktu. Dalam pertunjukan bertajuk “Bali Jawi: Samara Jawa”, koreografer dan seniman lintas disiplin Anter Asmorotedjo menutup trilogi Bali Jawi dengan narasi puitik tentang kehilangan, pencarian, dan kesadaran akan jati diri manusia Jawa di tengah modernitas.

Pementasan ini digelar pada Sabtu, 17 Mei 2025 pukul 19.00 WIB di Gedung Societet Militair, Taman Budaya Yogyakarta (TBY), menyuguhkan pengalaman artistik yang memadukan ritualisme Jawa dengan pendekatan kontemporer.

Kolaborasi Lintas Dimensi

Dalam karya puncak trilogi yang dimulai sejak 2018 di panggung ArtJog ini, Anter menggandeng Agung Widanta, komposer muda yang menciptakan lanskap bunyi elektronik-gamelan—sebuah harmoni antara arkaik dan futuristik. Musiknya membalut kisah “kepergian Semar” sebagai metafora hilangnya nilai spiritual dan keseimbangan dalam kehidupan manusia masa kini.

Samara Jawa menghidupkan konsep sedulur papat lima pancer dan filosofi Sang Hyang Taya, menggugah kesadaran batin penonton melalui tafsir gerak dan rapalan mantra. Semar tak hadir sebagai lelucon, melainkan sebagai pengingat: bahwa yang samar pun adalah nyata.

Pertunjukan ini didukung oleh berbagai pihak yang berkomitmen terhadap pelestarian seni dan budaya, seperti Amigo Group, Hamzah Batik, Asiatri Project, Lykos Creatives, serta Levitate Studios. Media partner Paijo.ID turut membantu menyebarluaskan semangat karya ini.

Sebaris Rapal Semar

Dikutip dari GP Sindhunata, SJ:

“Mbulan-mbulan lintang,
Yen aku kelangan samar,
Aku ora bisa nyawang,
Sejatine Pangeran,
Kang nyata ing samar.”

Sebuah pengingat bahwa dalam samar pun ada kehadiran yang hakiki. (AgungPortal)