Setahun yang lalu, tepatnya 30 November 2019, gelaran ROARGAMA 4.0 menjadi momentum awal dalam menempatkan seni dan budaya Indonesia di dunia internasional. Budaya bangsa semakin diperkaya dengan membuka diri dan menjadi upaya memperoleh kesempatan untuk berada di depan.

Ditengah pandemi Covid19, tahun ini ROAR memutuskan untuk menunda gelarannya. Rencana-rencana yang sudah tersusun rapi akhirnya disimpan. Segala kerja keras yang sudah dilakukan menjadi pembelajaran. Menunda menjadi keputusan yang terbaik untuk semua. Tetapi dengan menunda bukan berarti ROAR menjadi diam.

Melalui gerakan sosial Maskermu Harimaumu! ROAR mengajak semua untuk memakai masker di masa pandemi ini supaya tetap sehat. Kampanye memakai masker ini juga merupakan pernyataan bahwa ROAR akan hadir kembali di 2021.

“Ini sebenarnya sangat berat. Kami sudah merencanakan dari desember tahun lalu, tapi (karena pandemi) kemudian seperti yang lainnya juga, mulai maret kami mengambil rute yang lain, akhirnya menemukan bahwa ini yang harus dilakukan, memberikan kesadaran memakai masker sebagai budaya kita. Dan ini tidak lepas dari konsep ROAR yang ingin mengedepankan budaya kita di dunia internasional.” kata Ari Wulu selaku Project Director ROAR.

“Kami memilih untuk memakai masker hari ini karena ini lebih penting, menjaga kesehatan kita semua, saya sendiri, lingkungan kami, teman teman sekalian untuk tetap sehat supaya masih bisa bersenang senang di ROAR 2021.” lanjut Ari Wulu.

Gerakan ini dimulai tanggal 21 Desember 2020 melalui press conference dan launching Masker Maskermu Harimaumu sekaligus Jingle ROAR karya Surya Widodo diikuti video pendek para tokoh yang di sutradarai Danang C Nugroho dengan videografer Bernhard Awuy.

Dalam press conferense juga disampaikan bahwa gerakan atau kampanye memakai masker ini bukan tentang membungkam hak atau ekspresi kita semua. Ini tentang bagaimana kita melindungi orang lain dan diri kita sendiri. Mulut menjadi bagian tubuh yang paling sulit untuk kita jaga ini, harus kita jaga lebih ketat lagi. Melalui mulut, dapat tersebar virus yang bisa membahayakan kita semua, secara harafiah. Lalu kita tutupi mulut dan sebagian wajah dengan masker, demi kesehatan.

Dengan memakai masker, kita bisa mengekspresikan kepedulian kita terhadap sesama. Kita, hari ini, sedang menciptakan budaya baru di tengah era arus informasi yang sedemikian kencang. Masker menjadi bagian dari busana kita hari ini. Dengan memakai masker, kita memperkecil kemungkinan penyebaran virus.

“Harapanya, semakin banyak orang menjadikan masker sebagai gaya hidup baru, gaya hidup sehat dalam konteks kepedulian bersama, keselamatan kita, orang orang disekitar kita, keluarga kita dan lain lain. Ini yang akan terus menerus kita gaungkan kepada publik.” Tutur Najib Azca, Pemerhati Budaya.

Sementara musisi Farid Stevy mengatakan “Saya pikir ini langkah yang menarik yang dilakukan ROAR 2020 untuk nge-switch dari yang harusnya menjadi helatan kemudian menjadi kampanye (pengunaan masker).”

“ROAR yang kemudian mencanangkan bahwa penggunaan masker itu penting menurut saya menjadi capaian yang harusnya dilakukan supaya temen temen semuanya juga makin sadar satu barisan bahwa penggunaan masker itu penting demi 2021 yang lebih sehat.” Lanjut Stevy.

Masker menjadi fashion statement untuk menyatakan bahwa kita peduli dengan orang lain. Ajining raga saka busana, ajining diri saka lathi lan budi. Dalam falsafah Jawa ini kita diajarkan untuk menjaga kehormatan kita secara lahir batin. Dengan memakai masker, kita jaga mulut kita, kita jaga kehormatan kita.

Melalui gerakan sosial Maskermu Harimaumu ini, ROAR menunjukkan bahwa di saat yang sulit seperti saa ini, berhenti sejenak lalu berusaha untuk terus bergerak menjadi pilihan.

Ditemani Masker dan Jingle ROAR, ROAR ingin meninggalkan 2020 dengan meninggalkan jejak kultural dan artistik, yakni membuat gerakan sosial Maskermu Harimaumu! dengan melibatkan para tokoh dan seniman sambil pamitan untuk absen pamit pada tahun ini, serta berpesan ‘Sampai Jumpa di ROAR 2021’.